MAKALAH TENTANG BOUNDING ATTACHMENT


ASUHAN PADA BAYI SAMPAI USIA 6 MINGGU
TENTANG BOUNDING ATTACHMENT


    
    
    
 
 
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002/2003, angka kematian bayi (AKB), khususnya angka kematian bayi baru lahir (neonatal) masih berada pada kisaran 20 per 1.000 kelahiran hidup. Menyadari kondisi tersebut, Departemen Kesehatan pada tahun 2000 telah menyusun Rencana Strategis (Renstra) jangka panjang upaya penurunan angka kematian bayi baru lahir. Dalam Renstra ini difokuskan pada kegiatan yang dibangun atas dasar sistem kesehatan yang mantap untuk menjamin pelaksanaan intervensi dengan biaya yang efektif berdasarkan bukti ilmiah yang dikenal dengan sebutan “Making Pregnancy Safer (MPS)” melalui tiga pesan kunci. Demikian penegasan Menkes Dr. Achmad Sujudi pada pembukaan Seminar Pendekatan dan Praktik Terbaik Kesehatan Maternal dan Neonatal di Jakarta tanggal 10 Mei 2004.
Asuhan pada bayi sampai usia 6 minggu dikhususkan pada Bounding Attachment (Ikatan Kasih Sayang Orang Tua dan Bayi). Rutinitas untuk dilakukan Bounding Attachment harus lebih ditingkatkan. Bounding merupakan saat dimulainya interaksi emosi, sensori, fisik antara orang tua dan bayi segera setelah lahir (Nelson, 1986), sedangkan attachment merupakan ikatan efektif yang terjalin diantara dua individu meliputi pencurahan perhatian, hubungan emosi dan fisik yang akrab (Nelson, 1986).
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan bounding attachment?
2.      Apa saja elemen – elemen yang terdapat pada bounding attachment?
3.      Bagaimana prinsip dan upaya meningkatkan bounding attachment?
4.      Bagaimana cara untuk melakukan bounding attachment?
5.      Bagaimana peran bidan pada bayi sehat?
6.      Bagaimana rencana asuhan pada bayi berusia 1 – 6 minggu?
C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui tentang bounding attachment.
2.      Untuk mengetahui elemen – elemen pada bounding attachment.
3.      Untuk mengetahui prinsip dan upaya meningkatkan bounding attachment.
4.      Untuk mengetahui cara melakukan bounding attachment.
5.      Untuk mengetahui peran bidan pada bayi sehat.
6.      Untuk mengetahui rencana asuhan yang diberikan pada bayi usia 1 – 6 minggu.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Bounding Attachment
Bounding adalah proses pembentukan sedangkan Attacment (membangun ikatan). Jadi Bounding Attacment adalah sebuah peningkatan hubungan kasih sayang dengan keterikatan batin antara orang tua dan bayi. Pengertian Bounding adalah suatu langkah untuk mengungkapkan perasaan kasih sayang oleh ibu kepada bayinya segera setelah lahir. Sedangkan Attchment adalah Proses agar tetap terjalin keterikatan batin antara individu, meliputi pencurahan perhatian dan adanya hubungan emosi dan fisik yang akrab. Jadi dapat disimpulkan Bounding Attchment adalah kontak dini secara langsung antara ibu dan bayi setelah proses persalinan, dimulai pada kala III sampai dgn post partum.
Tahap- tahap Bounding Attchment
1.      Perkenalan (aquaintance) :
a.       kontak mata,
b.      sentuhan,
c.       berbicara,
d.      mengeksplorasi segera setelah mengenal bayinya.
2.      Bounding : keterikatan
3.      Attachment : perasaan sayang yg mengikat individu dgn individu lain.
            Keuntungan Bounding Attachment
1.      Bayi merasa dicintai, diperhatikan, mempercayai, menumbuhkan sikap sosial.
2.      Bayi merasa aman, berani mengadakan eksplorasi.
Hambatan Bounding Attachment
1.      Kurangnya support system.
2.      Ibu dengan resiko.
3.      Bayi dengan resiko (prematur, bayi sakit, bayi cacat fisik)
4.      Kehadiran bayi yang tidak diinginkan.
5.      Perkembangan tingkah laku anak yang terhambat.
6.      Tingkah laku stereotipe.
7.      Sosial abnormal.
8.      Kemunduran motorik, kognitif, verbal.
9.      Bersikap apatis.
B.     Elemen – elemen Bounding Attachment
1.      Sentuhan
Sentuhan atau indera peraba, dipakai secara ekstensif oleh orang tua dan pengasuh lain sebagai suatu sarana untuk mengenali bayi baru lahir dengan cara mengeksplorasi tubuh bayi dengan ujung jarinya. Penelitian telah menemukan suatu pola sentuhan yang hamper sama, yakni pengasuh mulai mengeksplorasikan jari tangan kebagian kepaladan tungkai kaki. Tidak lama kemudian pengasuh memakai telapak tangannya untuk mengelis badan bayi dan akhirnya memeluk dengan tangannya ( Rubin, 1963; Klaus, Kennell, 1982; dan Tulman, 1985 ). Gerakan ini di pakai untuk menenangkan bayi.
2.      Kontak Mata
Ketika bayi baru lahir mampu secara fungsional mempertahankan kontak mata, orang tua dan bayi akan menggunakan lebih banyak waktu untuk saling memandang. Beberapa ibu mengatakan dengan melakukan kontak mata mereka merasa lebih dekat dengan bayi nya ( Klaus dan Kennell 1982 ).
3.      Suara
Saling mendengar dan merespons sura antara orang tua dan bayinya juga penting dilakukan. Orang tua menunggu tangisan pertama bayinaya dengan tegang. Bayi akan menjadi tenang dan berpaling kearah orang tua mereka saat orang tua mereka berbicara dengan suara bernada tinggi.
4.      Aroma
Perilaku lain yang terjalin antara orang tua dan bayi ialah respons terhadap aroma/ bau masing –masing. Ibu mengetahui bahwa setiap anak memiliki aroma yang unik ( porter, cernoch, perry, 1983) sementara itu, bayi belajar dengan cepat untuk membedakan aroma susu ibunya (Stainton, 1985)
5.      Hiburan (entertainment)
Bayi baru lahir bergerak – bergerak sesuai dengan struktur pembicaraan orang dewasa. Mereka menggoyangkan tangan, mengangkat kepala, menendang – nendangkan kaki, seperti sedang berdansa mengikuti nada suara orang tua nya. Hiburan terjadi saat anak mulai berbicara. Irama ini berpungsi memberi umpan balik positif kepada orang tua dan menegakkan suatu pola komunikasi efektif yang positif.
6.      Bioritme
Anak yang belum lahir atau baru lahir dapat dikatakan senada dengan ritme alamiah ibunya. Untuk itu, salah satu tugas bayi baru lahir ialah membentuk ritme personal ( bioritme ). Orang tua dapat membantu proses ini dengan memberi kasih sayang yang konsistens dan dengan memanfaat kan waktu saat bayi mengembangkan perilaku yang responsive.
7.      Kontak Dini
Saat ini tidak ada bukti – bukti alamiah yang menunjukkan bahwa kontak dini setelah lahir merupakan hal yang penting untuk hubungan orang tua dan anak.
8.      Kehangatan Tubuh ( body warmth )
9.      Waktu Pemberian Kasih Sayang
10.  Stimulasi Hormonal
C.    Prinsip – prinsip dan Upaya Meningkatkan Bounding Attachment
1.      Bounding attachment dilakukan di menit pertama dan jam pertama.
2.      Orang tua merupakan orang yang menyentuh bayi pertama kali.
3.      Adanya ikatan yang baik dan sistematis.
4.      Orang tua ikut terlibat dalam proses persalinan.
5.      Persiapan ( perinatal care- PNC ) sebelumnya.
6.      Cepat melakukan proses adaptasi.
7.      Kontak sedini mungkin sehingga dapat membantu dalam memberi kehangatan pada bayi, menurunkan rasa sakit ibu, serta member rasa nyaman.
8.      Tersedianya fasilitas untuk kontak lebih lama.
9.      Penekanan pada hal- hal positif.
10.  Adanya perawatan maternitas khusus ( bidan ).
11.  Libatkan anggota keluarga lainnya.
12.  Pemberian imfomasi bertahap mengenai bounding attachment.
D.    Cara Melakukan Bounding Attachment
Cara untuk melakukan bounding ada bermacam-macam antara lain:
1.      Pemberian ASI ekslusif
Dengan dilakukannya pemberian ASI secara ekslusif segera setelah lahir, secara langsung bayi akan mengalami kontak kulit dengan ibunya yang menjadikan ibu merasa bangga dan diperlukan , rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia.
2.      Rawat gabung
Rawat gabung merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan agar antara ibu dan bayi terjalin proses lekat (early infant mother bounding) akibat sentuhan badan antara ibu dan bayinya. Hal ini sangat mempengaruhi perkembangan psikologis bayi selanjutnya, karena kehangatan tubuh ibu merupakan stimulasi mental yang mutlak dibutuhkan oleh bayi. Bayi yang merasa aman dan terlindung, merupakan dasar terbentuknya rasa percaya diri dikemudian hari. Dengan memberikan ASI ekslusif, ibu merasakan kepuasan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayinya, dan tidak dapat digantikan oleh orang lain. Keadaan ini juga memperlancar produksi ASI, karena refleks let-down bersifat psikosomatis. Ibu akan merasa bangga karena dapat menyusui dan merawat bayinya sendiri dan bila ayah bayi berkunjung akan terasa adanya suatu kesatuan keluarga.
3.      Kontak mata
Beberapa ibu berkata begitu bayinya bisa memandang mereka,mereka merasa lebih dekat dengan bayinya. Orang tua dan bayi akan menggunakan lebih banyak waktu untuk saling memandang. Seringkali dalam posisi bertatapan. Bayi baru lahir dapat diletakkan lebih dekat untuk dapat melihat pada orang tuanya.
4.      Suara
Mendengar dan merenspon suara antara orang tua dan bayinya sangat penting. orang tua menunggu tangisan pertama bayi mereka dengan tegang. Suara tersebut membuat mereka yakin bahwa bayinya dalam keadaan sehat. Tangis tersebut membuat mereka melakukan tindakan menghibur. Sewaktu orang tua berbicara dengan nada suara tinggi, bayi akan menjadi tenang dan berpaling kearah mereka.
5.      Aroma
Setiap anak memiliki aroma yang unik dan bayi belajar dengan cepat untuk mengenali aroma susu ibunya.
6.      Entrainment
Bayi mengembangkan irama akibat kebiasaan. Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai dengan struktur pembicaraan orang dewasa. Mereka menggoyangkan tangan, mengangkat kepala, menendang-nendangkan kaki. Entrainment terjadi pada saat anak mulai bicara.
7.      Bioritme

Salah satu tugas bayi baru lahir adalah membentuk ritme personal (bioritme). Orang tua dapat membantu proses ini dengan memberi kasih sayang yang konsisten dan dengan memanfaatkan waktu saat bayi mengembangkan perilaku yang responsif.
8.      Inisiasi menyusui Dini
Setelah bayi lahir, dengan segera bayi ditempatkan diatas ibu. Ia akan merangkak dan mencari puting susu ibunya. Dengan demikian, bayi dapat melakukan reflek suckling dengan segera.
9.      Kesehatan emosional orang tua
Orang tua yang mengharapkan kehadiran si anak dalam kehidupannya tentu akan memberikan respon emosi yang berbeda dengan orang tua yang tidak menginginkan kelahiran bayi tersebut. Respon emosi yang positif dapat membantu tercapainya proses bounding attachment ini.
10.  Tingkat kemampuan, komunikasi dan ketrampilan untuk merawat anak
Dalam berkomunikasi dan ketrampilan dalam merawat anak, orang tua satu dengan yang lain tentu tidak sama tergantung pada kemampuan yang dimiliki masing-masing. Semakin cakap orang tua dalam merawat bayinya maka akan semakin mudah pula bounding attachment terwujud.
11.  Dukungan sosial seperti keluarga, teman dan pasangan
Dukungan dari keluarga, teman, terutama pasangan merupakan faktor yang juga penting untuk diperhatikan karena dengan adanya dukungan dari orang-orang terdekat akan memberikan suatu semangat / dorongan positif yang kuat bagi ibu untuk memberikan kasih sayang yang penuh kepada bayinya.
E.     Peran Bidan pada Bayi Sehat
Beberapa prinsip pedekatan asuhan terhadap anak (termasuk didalamnya bayi dan balita) yang dipegang oleh bidan yaitu:
1.      Anak bukanlah miniatur orang dewasa tetapi merupakan sosok individu yang unik yang mempunyai kebutuhan khusus sesuai dengan tahapan perkembangan dan pertumbuhannya.
2.      Berdasarkan kepada pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga permasalahan asuhan terhadap klien sesuai dengan tahap perkembangan anak. Asuhan kesehatan yang diberikan menggunakan pendekatan sistem.
3.      Selain memenuhi kebutuhan fisik, juga harus memperhatikan kebutuhan psikologis dan sosial.
Bidan berperan dalam asuhan terhadap bayi dan balita terutama dalam hal:
a.       Melakukan pengkajian atau pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan anak, meliputi:
-          Pemeriksaan fisik
-          Pengukuran fisiologis (tanda-tanda vital)
-          Penampilan umum
-          Perkembangan psikologis
-          Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak
b.      Penyuluhan kesehatan kepada keluarga:
-          Pemberian makanan bergizi pada bayi dan balita: pemberian makanan bayi, cara pemberian ASI pada bayi, pola pemberian makanan bayi usia 0-2 tahun, cara menyusui yang baik, cara mengetahui apabila bayi kenyang dan cukup mendapat ASI, hal-hal yang mempengaruhi produksi ASI, saat penggantian ASI dengan susu buatan/formula, perlunya bayi mendapat makanan tambahan setelah berumur 6 bulan, makanan tambahan bayi sebagai pendamping ASI, mengehentikan pemberian ASI, mengatur makanan anak usia 1-5 tahun.
-          Pemeriksaan rutin atau berkala terhadap bayi dan balita, imunisasi, pencegahan kecelakaan, kesehatan gigi, peningkatan kesehatan pola tidur, bermain, peningkatan pendidikan seksual dimulai sejak balita (sejak anak mengenal identitasnya sebagai laki-laki atau perempuan)
c.       Tahap – tahap penting perkembangan dalam 6 minggu pertama
Bayi cukup bulan harus mencapai tahap-tahap penting perkembangan tertentu selama 6 minggu pertama kehidupan. Di antara berbagai metode penepisan perkembangan yang tersedia, hanya denver II yang akurat. Suatu revisi dan standarisasi ulang dari uji penapisan perkembangan denver, didasarkan pada lebih banyak pengujian pada berbagai kelompok etnik dan pada capuran populasi.
d.      Peran bidan dalam pemberian ASI
-          Memberikan konseling pada ibu
Konselng yang dapat diberikan kepada ibu yaitu: biarkanlah bayi memperoleh kolostrum saat menyusu, hindarkan pemberian makanan pralaktal (air gula, air putih, madu) sebelum ASI keluar, tapi usahakan bayi menghisap untuk merangsang produksi ASI, memberitahu ibu cara menyusui yang benar, berikan hanya ASI saja selama 6 bulan pertama, bagi ibu yang bekerja maka berirahu ibu cara menyimpan ASI dan memberikan ASI, memberitahu tanda bayi yang cukup ASI.
-          Memberikan dukungan psikologi
Untuk menimbulkan rasa percaya diri pada ibu maka bidan dan petugas kesehatan hendaknya memotivasi agar: ibu yakin bahwa dapat memproduksi ASI yang cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi dan ibu mengetahui dan mengerti akan pertumbuhan dan perilaku bayi dan bagaimana harus mengatasinya.
e.       Peran bidan dalam pemantauan BAB bayi yaitu:
-          Mengobservasi frekuensi, konsistensi dan warna BAB bayi.
-          Memberitahu ibu agar segera mengganti popok apabila bayi BAB.
-          Memberitahu ibu pola BAB bayi yang benar.
-          Memberitahu ibu cara mengobservasi frekuensi, konsistensi dan warna dari BAB bayi.
f.       Peran bidan dalam pemantauan BAK bayi yaitu:
-          Mengobservasi frekuensi dan warna dari BAK bayi.
-          Memberitahu ibu agar segera mengganti popok apabila bayi BAK.
-          Memberitahu ibu pola BAK bayi yang benar.
-          Memberitahu ibu cara mengobservasi frekuensi dari BAK bayi.
F.     Asuhan pada Bayi Usia 1 – 6 Minggu
a.       Pengumpulan data subjektif
1.      Tanyakan pada ibu mengenai kondisi kesehatan bayi secara keseluruhan.
2.      Tanyakan pada ibu mngenai masalah – masalah yang di alami terutama dalam proses menyusui.
3.      Jika ibu sedang menyusui bayinya, amati letak mulut bayi pada puting, posisi menyusui, isapan, dan refleks menelan bayi.
4.      Apakah ada orang lain yang dapat membantu pekerjaan ibu baru tersebut.
5.      Amati keadaan rumah, terutama kebersihannya.
6.      Amati persediaan makanan dan air.
7.      Amati keadaan suasana hati ibu yang baru.
8.      Amati cara ibu tersebut berinteraksi dengan bayinya.
9.      Tanyakan pada ibu kapan bayi tersebut lahir.( jika anda tidak menolong ibu dalam persalinan ).
10.  Apakah bayi mengalami pertumbuhan dan ada penambahan berat badan.
11.  Apakah bayi menunjukkan tanda – tanda bahaya.
12.  Apakah bayi menyusu dengan baik
13.  Apakah bayi menyusu sedikitnya 2-4 jam sekali
14.  Apakah bayi berkemih 6-8 kali perhari
15.  Apakah bayi menderita demam
16.  Apakah bayi tanpak waspada saat bangun
17.  Apakah matanya mengikuti gerakan ibu.
b.      Pengumpulan data objektif
1.      Pemeriksaan fisik
2.      Tinjauan ulang system – system utama tubuh
a.       Sistem pernapasan
b.      Sistem kardiovaskuler dan darah
c.       Sistem ginjal
d.      Sistem gastrointestinal
e.       Pengaturan suhu
f.       Adaptasi imunologi
g.      Sistem reproduksi
h.      Sistem muskuloskeletal
i.        Sistem neurologi
3.      Pancaindera
a.       Penglihatan
b.      Penciuman
c.       Pengecapan
d.      Pendengaran
e.       Sentuhan
c.       Assessment/ Analisis Data
d.      Planning
Keluarga di berikan pendidikan kesehatan tentang perawatan bayi yang meliputi hal – hal berikut:
1.      Tempat tidur yang tepat
2.      Memandikan bayi
3.      Mengenakan pakaian
4.      Perawatan tali pusat
5.      Perawatan hidung
6.      Perawatan mata dan telinga
7.      Perawatan kuku
8.      Kapan membawa bayi keluar rumah
9.      Pemeriksaan
10.  Perawatan kulit
11.  Bermain
12.  Pemantauan berat bayi



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Memberikan asuhan pada bayi 6 minggu pertama merupakan tugas dan wewenang seorang bidan. Tujuan asuhan ini agar tercapainya rasa kasih sayang dan rasa aman yang diberikan oleh orang tua kepadanya. Asuhan pada bayi sampai usia 6 minggu dikhususkan pada Bounding Attachment (Ikatan Kasih Sayang Orang Tua dan Bayi). Rutinitas untuk dilakukan Bounding Attachment harus lebih ditingkatkan.
Bounding Attchment adalah kontak dini secara langsung antara ibu dan bayi setelah proses persalinan, dimulai pada kala III sampai dgn post partum. Tahap- tahap Bounding Attchment:
a.       Perkenalan (aquaintance) :
o   kontak mata,
o   sentuhan,
o   berbicara,
o   mengeksplorasi segera setelah mengenal bayinya.
b.      Bounding : keterikatan
c.       Attachment : perasaan sayang yg mengikat individu dgn individu lain.
B.     Saran
Setelah membaca makalah ini, diharapkan pembaca (terutama mahasiswa kebidanan) mengetahui bagaimana asuhan primer pada bayi 6 minggu pertama. Saya juga menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kebutuhan yang akan datang.



DAFTAR PUSTAKA
Marni. Kukuh Rahardjo. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH Obstruksi Billiaris Pada Neonatus Bayi dan Balita

Mengenal Stikes Yogyakarta Lebih Dekat